MADU DAN RACUN DALAM GENGGAMAN


Pernah dengar lagu yang berjudul madu dan racun?  iya, lagu yang pernah popular pada era 80an, dalam salah satu liriknya ada kalimat yang berbunyi,

Madu ditangan kananmu…
Racun ditangan kirimu…
Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku…

Tentu saja sebenarnya tidak ada yang istimewa dari lirik tersebut, tapi bila kita kaitkan dengan sifat lahiriyah kita sebagai manusia, kita tentu paham bahwa sebenarnya kita pun menggenggam madu dan racun di tangan. Dalam artian bahwa kita memiliki kebaikan dan juga keburukan, permisalannya sejahat-jahatnya seseorang pasti dia pernah berbuat baik, dan sebaik-baiknya orang pasti dia pernah melakukan keburukan. Senada dengan yang di katakan oleh Uje (Ustadz Jefrie Al Bukhari) bahwa “umat ini tidak ada umat yang putih atau umat yang hitam, yang ada adalah umat yang abu-abu”, jadi tinggal kita yang memilih mau abu-abu putih atau abu-abu hitam?
Seperti madu yang dihasilkan oleh lebah selain manis juga bisa menyembuhkan penyakit, sebagaimana yang Allah subhanallahu wa ta’ala terangkan dalam firman-Nya;
“dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mau memikirkan”
(An Nahl : 69)
Begitupun manusia, apabila dia menggenggam madu (banyak berbuat kebaikan) tentunya akan menumbuhkan ketentraman dan kedamaian pada pelakunya, selain itu juga bisa mendatangkan kebahagian kepada lingkungan dimanapun dia berada, seperti wewangian yang bukan Cuma mengharumkan pemakainya namun juga akan dirasakan oleh orang-orang disekitarnya.
Sedangkan racun tentu saja hanya akan membuat penderitaan atau bahkan menyebabkan kematian, begitupula manusia yang menyimpan racun (keburukan) tentu saja akan membuat jiwanya tidak tentram, dia akan dihantui berbagai ketakutan akan perbuatannya, dan juga bisa berakibat dijauhi dari lingkungan dimanapun itu selama dia masih berbuat keburukan. Dia akan seperti pandai besi yang kemungkinan terkena percikan api yang melukainya dan juga akan melukai orang didekatnya, minimal dia akan menyebarkan asap yang menyesakkan nafas dan berbau tidak sedap sehingga tidak ada yang mau berdekatan dengannya.
Untuk itu marilah kita mulai mengevaluasi dan berbenah diri agar kita bisa menjadi umat yang abu-abu putih dan manis seperti madu atau harum seperti wewangian, yang tentunya akan membawa dampak yang baik pada diri kita dan lingkungan. Dan hendaknya kita mawas diri agar tidak terjatuh pada keburukan yang hanya akan menyengsarakan kita.

Tenggarong, 11 September 2011
By
A M 

Leave a Reply

Jangan Lupa tinggalkan Komentar ya