Judul diatas bukan untuk menakuti, tapi begitulah keadaannya. Zaman sekarang seiring berkembangnya kehidupan manusia ternyata praktek pergosipan juga ikut berkembang seperti jamur, tidak Cuma di depan pintu sembari menanti tukang sayur lewat, atau sembari menjaga anak yang sedang bermain diluar, gosippun mulai merambah ke dalam kantor-kantor bahkan hingga didalam mejelis-majelis taklim ibu-ibu. Dan bukan hanya berhenti di situ, di dalam rumah pun kita akan disuguhi tayangan-tayangan infotainment yang sarat dengan gosip seputar kehidupan para selebriti, ketika online didunia mayapun banyak gosip-gosip yang bertebaran di jejaring-jejaring sosial.
Jadi
wajarlah kiranya saya mengatakan bahwa kita berada di zona gosip atau
lingkungan yang memungkinkan untuk hadirnya berita-berita gosip. Sulit mencari
tempat yang tidak ada orang sedang bergosip, tentu bukan saja kaum wanita namun
juga bisa melanda kaum pria, gosip seakan menjadi sebuah keharusan dalam
obrolan sehingga muncul sebuah anggapan bahwa obrolan tidak akan menarik tanpa
bergosip.
Sangat
asyik memang sebuah obrolan yang diselingi gosip, menceritakan aib tetangga,
teman bahkan keluarga sendiri terasa seolah-olah kita sudah merasa benar
apalagi lawan bicara kita ikut menimpali apa yang kita bicarakan maka
lengkaplah sudah obrolan hari itu. Tapi sadar atau tidak gosip hanya
membuang-buang waktu kita saja dan sangat tidak bermanfaat. Coba kita bayangkan
seorang ibu yang sedang membeli sayur tentu dia akan lebih cepat memilih sayur
yang akan dibelinya dan pulang untuk melakukan urusan rumah tangganya jika saja
dia tidak berlama didepan tukang sayur sambil asyik bergosip dengan rekannya
sesama pembeli sayur, atau seorang karyawan tentu akan cepat menyelesaikan
laporan yang menumpuk dimejanya jikalau saja dia tidak pergi ke meja
disebelahnya untuk menggosipkan tentang rekan mereka sesama karyawan.
Lalu
bagaimanakah caranya agar kita bisa menghindari gosip?
Selalu
ada jalan untuk kebaikan, dan tentu ada banyak jalan agar kita tidak terjebak
di lingkungan gosip. Pertama, kita harus yakinkan diri bahwa perkerjaan kita
akan lebih cepat selesai kalau tanpa diselingi gosip bersama rekan kerja maupun
tetangga. Kedua, yakinlah bahwa tidak ada keuntungan dibalik bergosip selain
hanya menimbulkan permusuhan (kalau kata orang sini “emang gosip bisa jadi
beras?”). ketiga, kita harus tahu bahwa yang kita dengar belum tentu benar dan
mungkin saja itu hanyalah sebuah fitnah dan kita tidak selayaknya berbicara
atau mendengar sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. Keempat, sadarlah
meskipun yang kita gosipkan adalah sebuah kebenaran namun itu sama saja dengan
membuka aib orang lain yang Allah SWT firmankan dalam Al Quran Surah Al-Hujurat Ayat 12 “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka , karena sebagian dari
prasangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang". Kelima,
gantilah kegiatan gosip kita dengan hal-hal yang bermanfaat misalnya dengan
membaca buku (jangan pula buku yang dibaca bertemakan gosip), atau bisa juga
dengan melakukan diskusi. Masih banyak hal lain yang lebih bermanfaat yang bisa
kita lakukan selain bergosip.
Lalu
apakah semua gosip itu dilarang?
Sebenarnya
gosip itu hukumnya adalah haram, namun ada beberapa kondisi yang membolehkan
diantaranya sebagai berikut:
1.
Orang yang teraniaya boleh menceritakan dan mengadukan kedzaliman orang yang menzhaliminya
kepada seorang penguasa atau kepada yang berwenang memutuskan suatu perkara
dalam rangka menuntut haknya.
2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar. Hal itu dilakukan dalam rangka minta tolong untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak.
3. Meminta fatwa akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.
4.
Memperingatkan orang lain dari beberapa kejahatan, contohnya: seorang saudara
kita berkenalan dengan seseorang yang kita ketahui pasti bahwa dia adalah
seorang pemabuk dan sering mengambil barang yang bukan haknya, maka kita boleh
memberitahu dan menerangkan kepada saudara kita tentang perilaku orang tersebut
dengan tujuan kebaikan dan tidak ditambah-tambahi.
5.
Memanggil dengan gelaran atau ciri-ciri yang melekat misalnya si pincang, si
buta, sibotak dll, dengan harapan agar orang lain langsung mengerti. contohnya
ketika kita ingin bertamu ke rumah seorang teman sedangkan kita sendiri kurang
tahu nama lengkapnya atau di daerah tersebut nama itu di miliki oleh beberapa
orang maka kita boleh menyebut si fulan yang kakinya pincang, dll. Tapi bukan
bertujuan untuk menghina orang tersebut.
Nah,
semoga tulisan ini bisa menyadarkan kita dan menjauhkan kita agar tidak
terseret kedalam zona gosip. Waspadalah, waspadalah...
Catatan
: tulisan ini terinspirasi karena disetiap tempat dan kesempatan penulis selalu
bertemu dengan orang-orang yang melalaikan perkejaan dan asik bergosip.
artikel yg menarik gan, daripada gosip mending kita belajar dan share ilmu ya gan, salam kenal www.edikomputer.com
salam kenal juga...
makasih atas kunjungannya